Sejarah KH Noer Ali

Article Image

#coretan_dianrehem

Lahir di Ujungmalang pada tahun 1914, KH. Noer Ali memulai kehidupannya seperti anak-anak kampung pada umumnya. Bermain layangan, bermain teprak, peletok, dan menggembala kerbau.


Sedari kecil, Engkong Kyai, (begitu saya memanggilnya karena beliau adik dari nenek saya), telah amat menonjol jiwa kepemimpinannya. Beliau sering mengatur teman-temannya dalam banyak kegiatan, dan acapkali memenangkan permainan yang diadakan.


Kecerdasan dan kepintaran Engkong Kyai menjadi perhatian ayahandanya. Beliau amat bangga dengan pribadi Engkong Kyai kecil. Sang ayah memperhatikan, bahwa Kyai Noer Ali kecil amat istimewa. Semangat belajarnya yang tinggi mengantarkan sebuah cita-cita dan harapan, bahwa beliau akan menjadi orang besar nantinya.


Dengan pertimbangan itu, maka diantarkanlah beliau ke pondok KH. Mughni untuk belajar mengaji dan belajar ilmu-ilmu agama yang dikuasai sang Guru.


Kyai Noer Ali pun amat girang hatinya. Keingintahuannya dalam banyak hal memang teramat besar. Kecenderungannya memang selalu ingin belajar, belajar, dan belajar. Beruntunglah beliau memiliki orang tua yang mengerti dan mendukung cita-citanya. Karena memang sang Ayah adalah sosok yang teramat memahami betapa pentingnya memiliki ilmu agama yang mumpuni.


Tak butuh waktu lama Kyai Noer Ali mempelajari seluruh pelajaran yang diberikan Kyai Mughni. Ketika beliau sudah mampu menghapal seribu lebih bait kaidah tata bahasa Arab (Alfiah), maka Kyai Mughni tidak mampu lagi menurunkan ilmu kepada beliau.


Maka Kyai pun gelisah lagi. Beliau masih haus ilmu pelajaran yang lebih dalam dan luas. Maka beliau mengajukan keinginannya untuk meneruskan belajar kepada KH. Marzuki di Klender.


Alhamdulillah sang Ayah mendukung. Walaupun keadaan masih sulit, Ayahanda meneguhkan hatinya untuk terus berjuang demi sang buah hati. Maka berangkatlah beliau dengan diantar ayah tercinta ke pondok pesantren milik KH. Marzuki bin Syekh Ahmad al-Mirshad bin Khatin bin Abdul Rahman al-Batawie. Di sana beliau melanjutkan pelajaran yang telah diberikan Kyai Mughni seperti pelajaran Fiqh, Ushul Fiqh, Balaghoh, dan lain-lain.


Dengan semangat dan kecerdasannya, ilmu berharga yang ditransfer Kyai Marzuki langsung dilalap dan diserap semua. Padahal materi pelajaran yang diberikan Kyai Marzuki tergolong banyak dan lebih luas cakupannya. Memang luar biasa Allah menganugerahkan kecerdasan kepada beliau.


Ketika semua pelajaran yang diberikan telah dikuasai, Engkong Kyai pun gelisah lagi. Beliau masih ingin memperoleh ilmu yang lebih luas lagi, masih ingin memperoleh ilmu yang lebih dalam lagi. Karena beliau merasa, ilmu yang didapatkan masih jauh dari kata cukup.


Beliau pun memendam keinginannya untuk menimba ilmu di kota Mekah. Karena beliau memahami, kondisi ekonomi orang tua tidak memungkinkan untuk membiayai perjalanan kesana. Beliau pun merintih dalam doa, melangitkan harapan, menyebutkan keinginan dalam setiap kesempatan, agar dibuka jalan untuk menuju cita-cita.


Melihat sang anak resah, ayahandanya pun gelisah. Bukan ia tak memahami keinginan anaknya, tapi kondisi keuangan memang amat tidak memungkinkan. Terlebih anaknya bukan hanya Kyai Noer Alie seorang.


Tapi Allah Maha Mendengar setiap doa yang dilantunkan. Meski melalui banyak pertimbangan, akhirnya terwujud juga impian dan harapan beliau. Berangkat lah beliau ke Tanah Haram, kota suci Mekah. Kota yang memiliki berjuta cahaya. Kota yang padanya dibangun sumber peradaban Islam. Kota yang menjadi pusat dunia Islam sejak dulu hingga nanti.


Di Mekah, pergolakan batin Kyai muda amat terasa. Beliau pernah mendapat surat dari keluarga yang menggambarkan kehidupan di Indonesia semakin susah. Rakyat semakin ditekan pemerintah. Kebebasan berpendapat harus dibayar dengan harga yang amat mahal. Kesewenang-wenangan pun semakin menggila.


Engkong Kyai amat bergejolak batinnya. Semakin resah jiwa mudanya. Maka, selain belajar ilmu agama, beliau juga belajar ilmu politik kepada Syekh Abdul Jalil. Kemudian beliau mendirikan organisasi Persatuan Pelajar Betawi (PPB), yang tujuannya untuk membantu pelajar yang kesulitan dana, meningkatkan kecerdasan intelektual para pelajar, dan menanamkan kesadaran betapa pentingnya persatuan dan kesatuan, serta menumbuhkan semangat kemerdekaan di setiap anggotanya.


Pernah PPB memberikan resulosi kepada pemerintah Arab Saudi agar memberikan kebebasan pajak kepada orang asing yang ternyata disetujui mereka. Kemudian pemerintah Arab Saudi membatalkan penarikan pajak kepada para pelajar yang tentu saja itu sangat meringankan kesulitan keuangan mereka di sana.


Ketika kembali ke tanah air, Engkong Kyai langsung menanamkan bibit kesadaran kemerdekaan kepada keluarga dan masyarakat, selalu menanamkan pentingnya kebebasan dalam segala bidang, terutama kebebasan mendapat pendidikan.


Beliau menumbuhkan kesadaran bahwa apa yang dialami masyarakat adalah bentuk kesewenang-wenangan yang sungguh memprihatinkan. Kemiskinan dan kebodohan adalah dua hal yang harus diatasi segera.


Awalanya engkong Kyai membuka pengajian di masjid samping rumahnya. Ketika muridnya semakin banyak, beliau membuka pesantren dengan didampingi guru Ya'kub Ghani sebagai badal. Dan akhirnya pesantren beliau berkembang pesat seperti yang kita lihat sekarang ini. Bahkan memiliki cabang di mana-mana.


Pernah pada suatu waktu, Engkong Kyai mengajak masyarakat untuk membuka jalan sejauh 1 kilometer yang membentang dari depan masjid sampai pertigaan jalan yang menghubungkan Teluk Pucung dan Pondok Ungu. Tentu masyarakat sekitar amat gembira dengan dibukanya jalan ini. Tapi kegembiraan itu rupanya tidak berlaku bagi tuan tanah yang tanahnya terkena pelebaran jalan. Ia menolak keras dan menghalangi pekerjaan beliau dan warga.


Hingga suatu hari, sang Kyai merasakan perutnya sakit luar biasa. Dugaan awal beliau kecapekan karena kurang istirahat. Tapi akhirnya ketahuan bahwa penyakit yang dideritanya adalah teluh kiriman dari tuan tanah.


Untungnya ada Pak Da'ih yang bisa mengobati penyakit beliau. Setelah dirawat selama 40 hari 40 malam, Pak Da'ih mengetahui akan ada orang yang datang di tengah malam ke rumah beliau dengan niat yang tidak baik.


Maka guru Ya'kub Ghani pun dipesan agar menjaga semua pintu rumah beliau. Akhirnya tertangkaplah seseorang yang sedang mengendap-endap sambil membaca mantra. Setelah diinterogasi, ia pun mengaku perbuatan jahatnya merupakan suruhan dari tuan tanah.


Luar biasa perjuangan dan pengabdian seorang Kyai Noer Ali. Hatinya begitu tulus membantu orang lain. Hatinya begitu kukuh bersikeras untuk melepaskan penderitaan masyakarat. Begitu panjang jalan perjuangan yang ditempuhnya. Tak pernah peduli nyawa sebagai taruhannya. Sungguh pengorbanan yang amat mulia, yang takkan bisa dilupakan sepanjang masa.


Untukmu Guru, kami selalu sebut namamu dalam setiap doa. Agar engkau senantiasa berbahagia di taman syurga.


___
Sumber:
Buku KH. Noer Ali
'Kemandirian Ulama Pejuang'
Penulis: Ali Anwar